Gunung Semeru Erupsi, Ratusan Warga Mengungsi dan Status Tanggap Darurat Diperpanjang

Table of Contents

 

Gunung Semeru Erupsi, Ratusan Warga Mengungsi dan Status Tanggap Darurat Diperpanjang
Gunung Semeru kembali erupsi delapan kali pada 25 November 2025. Status Awas diperpanjang, 528 warga mengungsi dan lahan pertanian rusak akibat abu vulkanik. (ANTARA FOTO/Irfan Sumanjaya)

Gagasan.id, Lumajang - Gunung tertinggi di Pulau Jawa yang juga dikenal sebagai Mahameru, kembali menunjukkan sisi garangnya lewat serangkaian erupsi besar pada akhir November 2025.

Gunung berapi aktif ini, yang secara administratif berada di Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang, Jawa Timur, termasuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

Pada 25 November 2025, aktivitas vulkanik meningkat signifikan. Dalam rentang waktu 00.20–05.33 WIB, Semeru tercatat mengalami delapan kali erupsi beruntun, dengan kolom abu mencapai 1.000 meter di atas puncak. Asap tebal berwarna putih hingga kelabu pekat tampak membumbung, menandakan campuran material vulkanik aktif.

Lava pijar terlihat menyala di atas puncak Semeru
Lava pijar terlihat menyala di atas puncak Semeru setelah mengalami peningkatan aktivitas. (ANTARA FOTO/Irfan Sumanjaya)

Status Awas Masih Berlaku

Hingga kini, status Gunung Semeru masih berada pada Level IV (Awas). Meski tidak terjadi erupsi besar seperti 19 November lalu, aktivitas vulkanik tetap berlangsung intermiten — berupa gempa letusan, hembusan asap kawah, dan pergerakan material panas di lereng.

Pemerintah menetapkan zona bahaya di sekitar radius rawan, terutama di alur sungai berhulu ke Semeru, yang berpotensi dialiri lahar dingin dan awan panas guguran.

“Saya menetapkan perpanjangan status tanggap darurat bencana alam akibat erupsi Gunung Semeru,” kata Bupati Lumajang Indah Amperawati, dikutip dari Antara, Selasa (24/11/2025).

Dampak Kerusakan dan Pengungsian

Laporan resmi mencatat 204,63 hektare lahan pertanian rusak, terutama di sektor tanaman pangan dan hortikultura.

Sebanyak 21 rumah warga mengalami kerusakan berat, dan tiga orang dilaporkan luka parah akibat material vulkanik serta insiden evakuasi.

Total 528 warga mengungsi di berbagai titik penampungan. Meski demikian, sejumlah warga masih bertahan di rumah untuk menjaga harta benda, sehingga petugas dan relawan terus melakukan pendekatan persuasif agar warga mengungsi demi keselamatan.

Warga sedang membersihkan puing pasca erupsi semeru

Sejarah Letusan Gunung Semeru

Gunung Semeru memiliki sejarah aktivitas vulkanik Semeru panjang dan hampir konstan selama dua abad terakhir. Berikut ringkasannya:

TahunPeristiwaDeskripsi Singkat
1818Letusan Pertama TercatatLetusan pertama tercatat pada 8 November 1818.
1909Letusan BesarMenyebabkan sekitar 700 korban jiwa.
1941–1942Aktivitas Vulkanik PanjangLeleran lava mencapai ketinggian 1.400–1.775 mdpl.
1967–SekarangErupsi Hampir KonstanAktivitas letusan terus berulang.
2021Erupsi BesarAwan panas meluncur ke Besuk Kobokan; status naik ke Level III (Siaga).
2022Erupsi PiroklastikAliran sejauh 12 km; status Siaga.
2025 (April)Erupsi KecilAktivitas vulkanik ringan.
2025 (November)Erupsi DahsyatAbu setinggi 2.000 meter; status naik ke Level IV (Awas).

Warga Dihimbau Tetap Waspada

Lava pijar terlihat jelas dari Kecamatan Pronojiwo, Lumajang, pada Selasa (25/11/2025) dini hari. Meski tidak menimbulkan kepanikan, warga di sekitar Pronojiwo dan Candipuro diminta tetap meningkatkan kewaspadaan.

Petugas BPBD, relawan, dan aparat TNI-Polri terus siaga di lapangan untuk memantau kondisi serta mengimbau masyarakat agar tidak beraktivitas di radius berbahaya dan menjauhi area sungai yang berpotensi dialiri material vulkanik.

Gunung Semeru kembali mengingatkan bahwa di balik keindahan alamnya, tersimpan kekuatan besar yang menuntut kewaspadaan dan kesiapsiagaan bersama.



Posting Komentar